"Stop being okay with everything. You deserve to your own happiness, right?!"
Yak, itulah mungkin kalimat yang terucap dari seorang sahabat dan sampai saat ini masih terngiang-ngiang memenuhi isi kepalaku. Sejujurnya aku udah lama bikin blog ini dan beberapa tulisan yang masih ku arsip sampai sekarang hehe, entahlah aku masih terus terikat dengan rasa kurang percaya diri untuk show off, tapi tapi tapi karena kebetulan banget tulisan ini bakal jadi salah satu penilaian mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi, boleh lah yaa.. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, itung-itung ini bakal jadi langkah awalku untuk konsisten bercerita di blog "Cerita Vero" ku sendiri.
Eits.... sebelumnya mau disclaimer dulu nih
Mau cerita sedikit tentang pribadiku yang gak seberapa ini dulu deh hehee...
Dulu pas masih sekolah aku dikenal sebagai periang, mungkin sampe sekarang pun masih tapi begitu lulus SMK dan beranjak dewasa, aku merasa ada sedikit perubahan yang akupun baru menyadarinya akhir-akhir ini. Aku jadi lebih sulit mengungkapkan, bercerita, berekspresi, setiap hal yang datang itu pasti ada yang mengganggu pikiranku dan aku gak bisa meluapkannya, nah tiba-tiba jadi bom waktu. Kan ngeri yaa :(( Kehidupan dunia kerja emang gak mudah, apalagi aku harus membagi fokus antara bekerja dan tetap kuliah pastinya perlu membangun semangat kuat dari dalam sanubari. Padahal aku udah lulus sejak tahun 2018. 3 tahun sudah ku jalani, tapi entah kenapa akhir-akhir ini kayak ada semangat yang ilang gitu. Aku mulai merasa khawatir, ragu-ragu terhadap kemampuan diriku, bingung mau menentukan arah hidup. Memang banyak yang nasehatin gini "Udah gak usah dipikirin, masa depanmu masih panjang, umur masih 21 masih kuliah juga". Tapi bukan itu sih jawaban yang aku mau denger.
Nah setelah akhirnya cari tahu dan baca-baca, kadang juga suka curhat ke sahabat tentang hal itu, apa ini aku lagi ngalamin Quarter Life Crisis yaa.
Jadi sharing dikit nih tentang fenomena quarter life crisis itu sendiri merupakan periode dimana manusia mulai masuk masa dewasa. Krisis ini dianggap sebagai masa sulit yang dialami generasi usia 25-30 tahun, dimana kamu mungkin merasakan serangan emosional luar biasa yang datang dari dalam dan luar dirimu sehingga kamu menjadi cemas, tidak nyaman, kebingungan dengan arah hidup, merasa salah arah dan putus asa.
- Media Sosial. Karena membandingkan diri dengan orang lain yang dinilai “lebih”, baik secara fisik, prestasi, karir, asmara dll. Terlebih jika yang dijadikan perbandingan adalah teman dekat, sehingga semakin tidak puas dengan apa yang telah dicapai saat ini.
- Tuntutan sosial. Adanya tuntutan lingkungan untuk meraih pencapaian yang sesuai dengan standar publik. Pertanyaan-pertanyaan seperti “kapan lulus?” ,“kerja dimana?”, “kapan menikah?”, “sudah punya anak belum?” dan beberapa pertanyaan serupa yang bisa jadi membuat semakin tertekan.
Krisis yang dialami di usia ini biasanya muncul karena :
Pertanyaan semacam itu pada budaya timur bisa jadi merupakan bentuk perhatian lingkungan terhadap kita. Akan tetapi pada beberapa pribadi yang kurang tangguh, hal tersebut memicu perasaan cemas, tidak nyaman, kesepian dan sampai dengan depresi yang sering disebut dengan fenomena Quarter Life Crisis.