Veronica Aurora Putri's

Journey

 

 


Foto : Veronica AP

"Stop being okay with everything. You deserve to your own happiness, right?!"

Yak, itulah mungkin kalimat yang terucap dari seorang sahabat dan sampai saat ini masih terngiang-ngiang memenuhi isi kepalaku. Sejujurnya aku udah lama bikin blog ini dan beberapa tulisan yang masih ku arsip sampai sekarang hehe, entahlah aku masih terus terikat dengan rasa kurang percaya diri untuk show off, tapi tapi tapi karena kebetulan banget tulisan ini bakal jadi salah satu penilaian mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi, boleh lah yaa.. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, itung-itung ini bakal jadi langkah awalku untuk konsisten bercerita di blog "Cerita Vero" ku sendiri. 


Eits.... sebelumnya mau disclaimer dulu nih 
Jangan lupa dengerin podcastku di

Mau cerita sedikit tentang pribadiku yang gak seberapa ini dulu deh hehee...
Dulu pas masih sekolah aku dikenal sebagai periang, mungkin sampe sekarang pun masih tapi begitu lulus SMK dan beranjak dewasa, aku merasa ada sedikit perubahan yang akupun baru menyadarinya akhir-akhir ini. Aku jadi lebih sulit mengungkapkan, bercerita, berekspresi, setiap hal yang datang itu pasti ada yang mengganggu pikiranku dan aku gak bisa meluapkannya, nah tiba-tiba jadi bom waktu. Kan ngeri yaa :(( Kehidupan dunia kerja emang gak mudah, apalagi aku harus membagi fokus antara bekerja dan tetap kuliah pastinya perlu membangun semangat kuat dari dalam sanubari. Padahal aku udah lulus sejak tahun 2018. 3 tahun sudah ku jalani, tapi entah kenapa akhir-akhir ini kayak ada semangat yang ilang gitu. Aku mulai merasa khawatir, ragu-ragu terhadap kemampuan diriku, bingung mau menentukan arah hidup. Memang banyak yang nasehatin gini "Udah gak usah dipikirin, masa depanmu masih panjang, umur masih 21 masih kuliah juga". Tapi bukan itu sih jawaban yang aku mau denger. 
Nah setelah akhirnya cari tahu dan baca-baca, kadang juga suka curhat ke sahabat tentang hal itu, apa ini aku lagi ngalamin Quarter Life Crisis yaa. 

Jadi sharing dikit nih tentang fenomena quarter life crisis itu sendiri merupakan periode dimana manusia mulai masuk  masa dewasa. Krisis ini dianggap sebagai masa sulit yang dialami generasi usia 25-30 tahun, dimana kamu mungkin merasakan serangan emosional luar biasa yang datang dari dalam dan luar dirimu sehingga kamu menjadi cemas, tidak nyaman, kebingungan dengan arah hidup, merasa salah arah dan putus asa.

  1.  Media Sosial. Karena membandingkan diri dengan orang lain yang dinilai “lebih”, baik secara fisik,  prestasi, karir, asmara dll. Terlebih jika yang dijadikan perbandingan adalah teman dekat, sehingga semakin tidak puas dengan apa yang telah dicapai saat ini.
  1. Tuntutan sosial. Adanya tuntutan lingkungan untuk meraih pencapaian yang sesuai dengan standar publik. Pertanyaan-pertanyaan seperti “kapan lulus?” ,“kerja dimana?”, “kapan menikah?”, “sudah punya anak belum?” dan beberapa pertanyaan serupa yang bisa jadi membuat semakin tertekan.

Krisis yang dialami di usia ini biasanya muncul karena :

Pertanyaan semacam itu pada budaya timur bisa jadi merupakan bentuk perhatian lingkungan terhadap kita. Akan tetapi pada beberapa pribadi yang kurang tangguh, hal tersebut memicu perasaan cemas, tidak nyaman, kesepian dan sampai dengan depresi yang sering disebut dengan fenomena Quarter Life Crisis.

Tapi, pas akhirnya nemu waktu yang tepat buat ngobrolin panjang nih, aku nggak yakin kalau aku ngalamin quarter life crisis deh. Menurutku kayaknya aku cuman bosen dan butuh refresh aja. Dan akhirnya di minggu-minggu ini aku berusaha buat sedikit nggak egois ke diriku sendiri dan pengen dapet seneng aja. Setelah sekian lama mungkin nggak pernah nurutin egoku sendiri, apalagi pandemi udah 2 tahun gini. Kayak terkekang kan rasanya. Muncullah kalimat "Kita berhak bahagia" sebagai alat pertahananku buat tetep semangat dan bisa nge-treat diri kita sendiri, nggak melulu hidup harus mikirin kebahagiaan orang lain kan, namanya juga manusia pasti semua pengen bahagia. Jadi perjalanan ceriaku dimulai dari ketemu temen-temen terdekat, ya meskipun gak lama durasinya tapi lumayan banget buat healing.
Nah, perkenalkan dulu ini temen-temenku yang kalo ketemu tuh ya campur aduk rasanya, bisa buat berbagi apa aja mau seneng susah sedih, tapi banyak ngakaknya sih. Dan rata-rata dari kami masih mengalami kekhawatiran yang sama pada porsinya masing-masing. Ini ceritanya lagi main ke rumahnya Niken, di daerah Ungaran, nggak sempet banyak-banyak foto sih karena seringnya selalu nikmatin moment. Karena kita berhak bahagia 😘
Setelah itu, aku masih berusaha cari bahagia lainnya dong. 


Nah, bahagiaku selanjutnya ini bisa berkesempatan buat liburan tipis-tipis ke jepara nih, ya meskipun nggak 100% liburan karena masih sambil bawa laptop dan nyalain notifikasi WhatsApp wkwkwk, tapi lumayan juga buat refresh-refresh otak. Ini lokasinya ada di SeaSide Jepara. Tempatnya nyaman parah, pinggir pantai pula. Cocok banget buat liburan bareng keluarga atau sama temen-temen.



Tapi nggak berhenti sampai disitu, dan mulai sadar bahwa bahagia itu muncul dari rasa syukur dan hati yang ikhlas. Tinggal kita sendiri yang bisa tentukan letak bahagianya kita. Harus tetep inget, nggak semua orang bisa kita buat bahagia. "Stop being okay with everything. You deserve to your own happiness, right". Tapi mungkin aku akan terus mencari kebahagiaan-kebahagiaan lain, kalian juga kan?

Sampai jumpa dicerita selanjutnya 😘